Orang Batak Mandailing

Suku Mandailing
Foto Pasangan Mandailing di Pakantan,Mandailing Natal Masa Lampau
Kawasan ramai penduduk
Indonesia
Sumatera Utara (1.035.000)
Sumatera Barat (214.000)
Riau (210.000)
Jakarta (80.000)
Malaysia (30.000)[1]
Bahasa
Bahasa Mandailing
Agama
Islam
Kumpulan etnik berkaitan
Minangkabau
Angkola
Paparan amaran: Laman menggunkan Templat:Kotak info kumpulan etnik dengan parameter "poptime" yang tidak diketahui
Bagas Godang Pakantan

Suku Mandailing adalah salah satu Etnik di Indonesia, penyebaran penduduknya terpusat di Sumatera Utara. Suku ini juga tersebar hingga Malaysia.

Sangkalon.

Orang Mandailing didefinisikan sebagai mereka yang bermarga Nasution, Lubis, Pulungan, Batubara, Rangkuti, Daulae, Parinduri, Dalimunte, dan Matondang sahaja seperti ketetapan Mahkamah Tertinggi Folks Road Batavia 1926 dan keturunan yang berpecah daripada sembilan marga tadi (i.e. Mardia daripada Rangkuti). Orang Mandailing adalah berbeza dengan orang Batak yang tinggal di Mandailing atau disebut Batak Angkola yang terdiri daripada marga seperti Hasibuan, Harahap, Siregar, Daulay, dan Dalimunthe. Mereka berasal dari pedalaman pantai barat Sumatera dan Tapanuli Selatan di utara Sumatera, Indonesia.

Lingkungan hidup mereka meliputi gunung-ganang dengan sistem perairan dan dataran rendah persawahan. Mata pencarian mereka termasuk getah, kulit kayu manis, kopi dan melombong emas. Mereka terkenal dengan tradisi persuratan dan sembilan gendang besar yang disebut Gordang Sambilan.

Meskipun Mandailing sering dikaitkan dengan Batak, namun rata-rata orang Mandailing menolak tanggapan ini. hal ini disebabkan karena istilah batak merupakan ciptaan Belanda di zaman penjajahan. Sehingga Raja-Raja di Mandailing pernah menggugat pemerintah kolonial Belanda pada era 1920an dan gugatan tersebut dimenangkan oleh Raja-Raja di Mandailing, bahwa Mandailing bukan sub dati Batak dan bukan berasal dari Batak.

Patung Sangkalon yang menjadi lambang keadilan dalam masyarakat Mandailing sering disalah anggap oleh masyarakat luar. Patung yang dipanggil 'si pangan anak si pangan boru' yang bermaksud 'si pemakan anak lelaki, si pemakan anak perempuan' ini dijadikan tohmahan bahawa kaum Mandailing adalah kaum pemakan daging manusia. Padahal maksud sebenar perumpamaan ini ialah setiap keadilan mesti ditegakkan meskipun terpaksa membunuh anak sendiri.

  1. ^ Viva.co.id [1] Di Data Malaysia Tor-tor Tetap Milik Tapanuli
  2. ^ Leo Suryadinata,Evi Nurvidya Arifin,Aris Ananta (2003). indonesia's population :Ethnicity and Religion in a changing polytical Lanscape. South East Asian Studies. ISBN 9812302123.CS1 maint: multiple names: authors list (link)

© MMXXIII Rich X Search. We shall prevail. All rights reserved. Rich X Search